STRATEGI PEMBELAJARAN KARAKTER
+ Free ShippingSTRATEGI PEMBELAJARAN KARAKTER
penulis:
Dr. Didi Susanto, M.I.Kom.M.Pd.
Nurmiati, S.Pd.M.Pd. Kons
Jumlah halaman; 102
Ukuran Buku: A5 (14,8×21)
Versi Cetak: Tersedia
Versi E-Book: Tersedia
Berat; 0 Kg
harga: Rp. 75.000
Begitu pentingnya nilai-nilai karakter ditanamkan pada genarasi penerus bangsa yakni dalam hal ini siswa atau peserta didik, maka sudah seharus pendidikan nilai karakter juga dapat ditanamkan melalui lingkungan tempat individu tinggal dalam sebuah keluarga yang menanamkan nilai-nilai karakter melalui peran yang di mainkan oleh anggota keluarga tersebut, nantinya secara tidak langsung memiliki pengaruh yang cukup besar bagi pembentukan dan penanaman karakter terhadap individu yang ada didalam keluarga tersebut.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga tidak kalah penting dikarenakan tokoh-tokoh seperti guru adalah figur yang menjadi suri tauladan bagi peserta didik sehingga segala yang di perankan oleh guru menjadi contoh dan panutan bagi siswa atau peserta didik. Kadang-kadang ada siswa yang lebih menganggap perkataan atau nasehat guru lebih dapat diterima anak di banding orang tua sendiri, sehingga peran guru dalam menyanpaikan informasi baik dari segi penyampaian materi maupun dalam bentuk prilaku harus benar-benar menuangkan nilai-nilai karakter seperti yang kita harapkan.
Lickona (Adisusilo, 2012:61) mengemukakan pendidikan Nilai/ moral yang menghasilkan karakter, ada tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang mental, dan moral action atau perbuatan moral. Merujuk pada pendapat Lickona tersebut Adisusilo (2012:61) berpendapat bahwa:
Ketiga komponen itu menunjuk pada tahapan pemahaman sampai pelaksanaan nilai/moral dalam kehidupan sehari-hari. Ketiganya tidak serta merta menjadi dalam diri seseorang, tetapi bersifat prosesual, artinya tahapan ketiga hanya mungkin terjadi setelah tercapai tahapan kedua, dan tahapan kedua hanya tercapai setelah tahapan pertama.
Pada hakekatnya mengajar bukan hanya menyampaikan maupun mentransfer ilmu saja tetapi dalam setiap materi pembelajaran harus dimaknai sebagai proses pembentukan karakter, sehingga peserta didik memiliki nilai karakter dan memiliki budi pekerti yang luhur. Aktivitas pembelajaran selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi atau materi yang sudah ditargetkan tetapi juga di rancang untuk menjadikan para peserta didik mengenali, menyadari, serta menginternalisasikan pada semua mata pelajaran dan dapat tertanam nila-nilai karakter yang menjadi sebuah prilaku dan kebiasaan yang akan menjadi karakter bagi peserta didik. Kini guru tak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu dan informasi karena adanya perkembangan zaman dan kemajuan tehknologi informasi yang memungkinkan bagi para peserta didik memperoleh suatu ilmu dan informasi dari berbagai sumber seperti program atau tayangan televisi, internet, gambar, buku dan audio. Hal tersebut dapat berimplikasi terhadap perubahan peranan guru yang mengelola proses belajar mengajar yang semula guru merupakan sumber belajar kemudian menjadi fasilitator. Pada tahapan itulah peranan guru sangat dituntut supaya guru dapat memberikan sumber informasi yang lebih jelas agar segala sesuatu yang ditemukan para peserta didik tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikan apa yang dia temukan. Maka peranan guru dalam proses pembelajaran sangat memungkinkan para peserta didik untuk membentuk karakternya.
Reviews
There are no reviews yet.