MENGENA TARI PAJAGA ANDI MAKKUNRAI
+ Free ShippingMengenal Tari Pajaga Andi Makkunrai
Penulis;
SARMIANTI ANSAR
Jumlah halaman; 238
Ukuran Buku: A5 (14,8×21)
Versi Cetak: Tersedia
Versi E-Book: Tersedia
Berat;0 Kg
Harga; Rp; 145.000
Kesenian tidak akan hilang dari kehidupan manusia, begitu juga dengan kebudayaan dan tradisional yang berkembang di masyarakat. Kesenian dalam kehidupan manusia saling tarik-menarik dalam menjalani hidup setiap harinya. Seni tradisi tersebut sudah tertanam dan dijadikan sebagai sesuatu yang harus dilakukan (Nurbaiti, 2018). Nilai dan norma kehidupan diungkapkan dan disampaikan melalui seni, karena seni akan hidup dan selalu berkembang asalkan masyarakat harus melestarikan, menjaga, dan mengembangkan. Shusterman (2021:1). Seni merupakan pelengkap dalam suatu daerah, tanpa ada seni daerah itu akan terasa hampa dan tidak hidup. Daerah bisa berkembang dan bisa terpublikasikan hingga banyak yang mengapresiasi melalui sebuah karya seni.
Indonesia terdapat banyak kesenian yang berkembang di setiap daerah salah satunya Sulawesi Selatan yang dikenal dengan Kota Daeng (Paulus, 2019). Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah berbudaya karena memiliki banyak seni tradisional dan adat budaya yang masih berkembang sampai sekarang ini (Andi Dwi Resqi P. & Trianti N., 2018). Seni tradisional yang dimaksud yaitu dalam bidang tari, musik, sastra, adat budaya, peninggalan sejarah, dan seterusnya.
Seni tidak hanya berfungsi hiburan, tetapi juga mengekspresikan budaya masyarakat di dalamnya. Norma, nilai, dan makna hidup tetap dipertahankan dan tidak tergantikan oleh perubahan zaman, maka seni tradisional akan terus berkembang (Gita Shervina & Trianti N, 2018). Seni pertunjukan telah mengalami pasang surut karena perubahan bidang politik dan ekonomi, perubahan selera penonton/sosial dan alasan lainnya, dan tidak dapat bersaing dengan bentuk lain. Contoh yang dapat dilihat yaitu pada tari Pajoge telah melalui perjuangan yang begitu tangguh demi mempertahankan keberadaanya dari desakan dunia modern dengan cara pandang baru masyarakat. Tari Pajoge melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan dirinya, walaupun sempat beku dan hilang dari peredaban. Semangat dan perjuangan seniman Bugis khususnya pelaku seni di Kabupaten Bone memhidupkan kembali tari Pajoge dalam bentuk penyajian yang baru. (Rina M, Jamilah A, & Suprianti, 2020). Hal ini mengubah fungsi berbagai seni tradisional yang hingga sekarang ini masih eksis. Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia berdasarkan bentuk estetika, dan keberadaannya dianggap tergantung, seperti halnya tari Pajaga Andi Makkunrai. Secara harfiah, tari dipahami melalui aspek gerak dan teknik yang disebut komposisi.
Seni tari merupakan bagian internal dari dinamika sosial, sosial dan budaya jika dilihat dari konteks yang berkaitan dengan sosiologi atau antropologi. Secara konteks bahwa tari itu memberikan gambaran kehidupan masyarakat tertentu dalam suatu daerah. Contohnya masyarakat pesisir memiliki teknik tari yang berbeda dengan masyarakat pegunungan dengan teknik tari tersebut menggambarkan tentang letak astronomis tari itu dikembangkan. Teknik tari akan mempengaruhi bentuk-bentuk gerak sesuai dengan tempat dan daerahnya seperti daerah pesisir teknik geraknya lebih dinamis dan energik, sedangkan daerah pegunungan lebih kepada teknik gerak yang minimalis, sederhana, menunggu, dan menahan.
Kebangkitan atau revitalisasi seni dalam hal ini seni pertunjukan adalah proses atau upaya menghidupkan kembali seni dalam kehidupan masyarakat. Upaya tersebut sekaligus dapat menumbuhkan rasa persatuan masyarakat, bersatu untuk menjaga dan mempersiapkan masa depan, dengan tidak meninggalkan nilai-nilai luhur dan tradisi yang diwariskan oleh generasi sebelumnya (Sibarani dalam Made et al, 2012:14). Revitalisasi tari Pajaga Andi Makkunrai diprakarsai oleh salah satu seniman local Abdul Muin Pabentengi, S.Pd, S.Sn. selaku Pembina Sanggar Seni Budaya Arung Palakka yang dikenal sebagai Mami Fitri.
Reviews
There are no reviews yet.