Menembus Langit Menggapai Mimpi
+ Free ShippingMenembus Langit Menggapai Mimpi
Penulis:
Dra. Hj Eliza
Dini Hazriati, S.Pd.
Jumlah halaman: 146
Ukuran Buku: A5 (14,5×21)
Versi Cetak: Tersedia
versi Ebook: Tersedia
Berat: 0 Kg
Harga: Rp. 75.000
Pagi itu memang sedang jam kosong. Aku sibuk mengerjakan catatan sejarah yang belum selesai. Sudah 15 menit, aku berhenti menulis. Kulihat bangku di sebelahku yang masih kosong lalu mengalihkan pandanganku menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.35 kemana dia, si tukang oceh itu? Jarang sekali dia se-terlambat ini. Biasanya dia selalu datang
terlambat pukul 08.15 dan itu sudah menjadi kebiasaannya sampai- sampai aku hafal. Ah sudahlah paling dia sedang tidak ingin masuk sekolah, batinku, berusaha menepis segala rasa penasaran.
“Kemana Bintang teman sebangkumu Arsy?” Citra menepuk pundakku, membuatku sedikit terkejut.
“Eh, tidak tahu tuh paling dia malas sekolah” balasku cuek sambil memutar bola mataku.
“Eh kamu tahu tidak, tadi aku gak sengaja dengar buk Sekar sedang ngobrol dengan mamanya Bintang.” Citra menarik kursi Bintang, menggesernya berada lebih dekat denganku lalu duduk di atasnya.
“Nguping ya kamu!” sahutku memotong pembicaraan. Menguping adalah hal yang tidak patut dilakukan dan Citra pasti menguping pembicaraan buk Sekar dengan mama Bintang. Tidak mungkin juga dia diajak bergabung ke dalam pembicaraan mereka.
“Ih Arsy! aku kan gak sengaja! bukan disengaja!” Yang dituduh tidak terima akan perkataanku dan membela dirinya.
“Yeuuu…., alasan.”
“Terserah deh, mau tau gak kamu apa yang tadi mereka omongin?” Citra mendekatkan wajahnya ke wajahku, perlahan aku memundurkan wajahku darinya.
“Paling mamanya cuma izinin dia karena gak bisa sekolah kan? Emang apalagi, orang jelas-jelas Bintang gak datang sekolah.”
“Bintang mau pindah sekolah.”
“Apasih Citra, salah dengar mungkin kamu.”
“Kenapa? Kan mungkin-mungkin aja dia pindah sekolah Sy. Apalagi dilihat dari kelakuan berandalnya itu atau mungkin dia
justru malah dikeluarkan dari sekolah.”
Aku terdiam. Iya juga, bisa jadi yang dikatakan Citra ada benarnya. Kenapa aku malah tidak terima ya saat dia bilang Bintang akan pindah sekolah? Percakapan kami terhenti di sana, karena buk Olin masuk ke dalam kelas. Pagi itu, setelah Citra memberitahuku, kepalaku langsung dipenuhi akan banyak pertanyaan tentang Bintang. Bagaimana mungkin dia dikeluarkan dari sekolah? dia kan juga bukan siswa yang terlalu berandal seperti siswa lainnya? Dia justru pintar, sangat pintar malah. Kekurangannya hanya dia yang terus mengoceh sepanjang hari.
Reviews
There are no reviews yet.