INTERKONEKSITAS KELEMBAGAAN AGRIBISNIS CENGKEH

+ Free Shipping

INTERKONEKSITAS KELEMBAGAAN  AGRIBISNIS CENGKEH

Penulis;

Dr.Nur Azizah HS, SP, M.Si

Editor:

Dr. Ahfandi Ahmad, SP., M.Si. IPM., ASEAN Eng.

Jumlah halaman; 198

Ukuran Buku: A5 (14,8×21)

Versi Cetak; Tersedia

Versi e-Book: Tersedia

Berat; 0 Kg

Harga; Rp; 145.000

Cetakan Pertama: Juli 2024

Sejarah kejayaan Indonesia sebagai satu-satunya penghasil cengkeh dunia sudah sejak abad ke 18. Habitat asli cengkeh berada di 5 (lima)  pulau di Maluku Utara yaitu Ternate, Tidore, Bacan, Makian dan Moti. Cengkeh  banyak diminati sebagai pengawet bahan makanan yang akhirnya memunculkan satu babakan paling mengenaskan dalam sejarah politik dunia, yakni zaman penjajahan Eropa terhadap bangsa-bangsa di Asia, termasuk Indonesia (Puthut,  2013). Lambat laun peran utama cengkeh sebagai rempah-rempah Maluku mulai tergusur dengan adanya penemuan teknologi mesin dingin, namun tak dapat dipungkiri bahwa sejarah mencatat cengkeh Maluku itulah yang mengawali penjelajahan sekaligus penjajahan kepulauan Nusantara oleh bangsa-bangsa Eropa, terutama Belanda (Topatimasang,  2004).

Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peran  penting  dan strategis serta mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi Indonesia. Cengkeh berkontribusi nyata dalam penyediaan kebutuhan bahan baku bagi industri rokok kretek, karena sebagian besar hasil cengkeh digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok kretek, sisanya cengkeh dimanfaatkan untuk industri makanan dan obat-obatan (Nurdjanna, 2007). Perkembangan industri rokok kretek memberikan kontribusi pendapatan bagi negara  sebesar Rp.138,69  triliun atau 96,65 persen dari total cukai nasional untuk  tahun 2016 (Dirjen perkebunan,  2017).

Cengkeh juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang setiap tahunnya mencapai sebesar Rp. 3 juta orang (Rukmana dan Yudirachman, 2016) dan peningkatan devisa negara yakni sebesar  Rp. 30.687 juta pada tahun 2013 menjadi Rp. 37.123 juta tahun 2014 (Renstra Kementrian Pertanian 2015-2019).  Selain itu sekitar  80%  bagian bunga, gagang dan daun cengkeh dapat menghasilkan minyak cengkeh yang mengandung eugenol (Litbangtan, 2007).  Disisi lain, pemanfaatan minyak cengkeh sebagai anti bakteri alami berguna untuk pengobatan penyakit gigi (Andries et al., 2014), senyawa eugenol sebagai antioksidan dalam minyak jagung (Nurjannah, 2013), agen larvicidal dalam pengobatan penyakit demam berdarah (Rojas dan Oliveira, 2014) serta dapat mengendalikan oksidasi lipid dalam makanan (Embuscado, 2015).

Selanjutnya cengkeh memberikan kontribusi pendapatan bagi sektor pertanian.  Kontribusi sektor pertanian dalam arti sempit (diluar Perikanan dan Kehutanan) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional  pada tahun 2015  yaitu sekitar 906,804.50 milyar rupiah atau 13,49 persen dari PDB nasional yang besarnya 8,982.511,30 milyar rupiah (berdasarkan harga konstan tahun 2010).  (Kementrian Pertanian, 2016). Sub sektor tanaman perkebunan memberikan kontribusi terbesar diantara sub sektor yang lain terhadap pertumbuhan PDB nasional tahun 2015 dari kontribusi sektor pertanian  yakni sebesar Rp. 345,164.90 milyar atau 3,80 % (berdasarkan harga konstan tahun 2010). Sedangkan kontribusi cengkeh sebagai komoditas pada sub sektor perkebunan tahun 2014 menyumbangkan sebesar 2,367 milyar rupiah atau 0,70 persen terhadap PDB nasional

Category:

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “INTERKONEKSITAS KELEMBAGAAN AGRIBISNIS CENGKEH”

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart