SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM SURAU, PONDOK PESANTREN DAN ISU-ISU KONTEMPORER
+ Free Shipping
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM SURAU, PONDOK PESANTREN DAN ISU-ISU KONTEMPORER
Penulis:
Dr. Iswandi, MA
Jumlah halaman:471
Ukuran Buku: Unesco (15,5×21)
Versi Cetak: tersedia
Versi E-Book: Tersedia
Berat; 0 Kg
Harga Rp. 255.000
Sebutan surau biasanya dikonotasikan (disama artikan) dengan istilah langgar atau mushalla. Meskipun secara substantif term tersebut tidak sepenuhnya bisa disamakan begitu saja. Karena dari segi kelahiran, surau muncul jauh sebelum langgar atau mushalla berdiri, dan istilah surau itu merupakan warisan dari agama Hindu-Budha atau para leluhur mereka yang menganut animisme, dinamisme ataupun politeisme. Penggunaan istilah langgar biasanya digunakan shalat dan mengaji bagi kaum muslim di Jawa. Setelah melaksanakan ibadah shalat, para jama’ah melanjutkan dengan membaca AlQur’an bersama yang dipimpin imam (guru) yang ditunjuk sebagai pendidik di surau.
Sebutan surau biasanya dikonotasikan (disama artikan) dengan istilah langgar atau mushalla. Meskipun secara substantif term tersebut tidak sepenuhnya bisa disamakan begitu saja. Karena dari segi kelahiran, surau muncul jauh sebelum langgar atau mushalla berdiri, dan istilah surau itu merupakan warisan dari agama Hindu-Budha atau para leluhur mereka yang menganut animisme, dinamisme ataupun politeisme. Penggunaan istilah langgar biasanya digunakan shalat dan mengaji bagi kaum muslim di Jawa. Setelah melaksanakan ibadah shalat, para jama’ah melanjutkan dengan membaca AlQur’an bersama yang dipimpin imam (guru) yang ditunjuk sebagai pendidik di surau.
Minangkabau kini sebagian besar wilayahnya termasuk propinsi sumatra barat-dari segi sosiokulutral dan agama mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan suku-suku bangsa lainnya di Indonesia. Karena itu, fenomena sosiokultural dan keagamaan di Minangkabau tetap menarik untuk diamati dan diteliti. Samsul Nizar menyebutkan, paling tidak ada empat factor yang membuat kajian ini menjadi penting: (1) lembaga pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi proses terjadinya transformasi nilai dan budaya pada komunitas sosial; (2) pelacakan eksistensi lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari proses masuknya Islam di Minangkabau yang bernuansa mistis (tarekat), dan mengalami akulturasi dengan budaya lokal (adat); (3) kemunculan lembaga pendidikan Islam dalam sebuah komunitas, tidak mengalami ruang hampa, akan tetapi senantiasa dinamis, baik dari fungsi maupun sistem pembelajarannya; (4) kehadiran lembaga pendidikan Islam memberikan spektrum tersendiri dalam membuka wawasan dan dinamika intelektual umat Islam.[1] Melalui lembaga pendidikan Islam surau–tradisional-telah melahirkan sejumlah ulama dan pemimpin bangsa[2], yang berperan tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat internasional.
Dengan kedatangan Islam, surau juga mengalami proses Islamisasi. Karenanya, nama tempat peribadatan berhala kuno telah diubah kedalam tempat peribadatan kepercayaan baru di beberapa daerah, bekas surau Hindhu-Budha, terutama yang terletak di daerah terpencil seperti puncak bukit, hilang dengan cepat karena ekspansi Islam. Karena itu, surau Islam biasanya dapat ditemukan dekat tempat tinggal penduduk. Tetapi, sisa-sisa karakter sakral surau pra-Islam dalam beberapa kasus masih dapat dilihat, khsusnya pada bagian atapnya yang bertingkat. Di Minangkabau, misalnya, banyak surau memiliki sejumlah puncak atau gonjong yang merefleksikan simbol-simbol adat
Reviews
There are no reviews yet.