Kajian Mekanisme Kerja Antihipertensi Matoa
+ Free ShippingJUDUL BUKU:
Kajian Mekanisme Kerja Antihipertensi Matoa
Penulis:
Ika Purwidyaningrum
Jumlah halaman; 121
Ukuran Buku: A5 (14,8×21)
Versi Cetak: Tersedia
Versi E-Book: Tersedia
Berat: 0 Kg
Harga: Rp. 85.000
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum terjadi. Prevalensi hipertensi meningkat seiring pertambahan penduduk. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Pengobatan hipertensi dengan obat antihipertensi dilakukan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menimbulkan efek samping. Selain itu respon masing-masing individu terhadap obat antihipertensi tertentu tidak dapat diperkirakan. Kebanyakan pasien hipertensi akan memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Berdasarkan hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpatuhan dalam terapi sehingga target terapi tidak tercapai. Menurut WHO, prevalensi hipertensi pada orang dewasa lebih dari 25 tahun adalah 32,5% pada pria dan 29,3% pada wanitra (WHO, 2012). Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa resiko kerusakan ginjal, jantung dan otak berkaitan secara langsung dengan derajat peningkatan tekanan darah. Bahkan hipertensi ringan (tekanan darah 140/90 mm/Hg) akhirnya akan meningkatkan risiko kerusakan organ sasaran (end organ). Dimulai pada tekanan darah 115/75 mm/Hg, resiko penyakit kardiovaskuler akan meningkat dua kali lipat pada setiap penambahan 20/10 mm/Hg di sepanjang kisaran tekanan darah (Katzung, 2002) Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih dari empat lokasi kontrol anatomis dan menghasilkan efek dengan mengganggu mekanisme pengaturan tekanan darah yang normal. Suatu klasifikasi obat anti hipertensi dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan tempat pengaturan utama atau mekanisme pada tempat kerjanya. Kategori tersebut meliputi: diuretik, obat simpatoplegik, vasodilator, obat yang menghambat produksi dan kerja angiotensin (Katzung, 2002) Terapi non-farmakologi merupakan komponen penting dalam pengobatan pasien hipertensi. Perubahan pola hidup tersebut dapat memudahkan pengaturan tekanan darah (Gilman, 2006) Dengan demikian masih terbuka peluang untuk menemukan obat antihipertensi yang aman, efektif dan berkualitas. Salah satu sumbernya adalah dari bahan alam yaitu tanaman. Banyak tanaman di Indonesia yang memiliki efek menurunkan tekanan darah salah satunya adalah matoa dimana sudah digunakan oleh masyarakat Pajang Surakarta. Menurut Sangat,dkk matoa secara empiris digunakan oleh suku-suku di Indonesia dalam pengobatan demam, tuba ikan, beri-beri, sakit kulit, luka bernanah dan pegal
Reviews
There are no reviews yet.