Antara Cinta dan Impian
+ Free ShippingAntara Cinta dan Impian
Penulis:
Dra. Hj Eliza
Jumlah halaman: 136
Ukuran Buku: A5 (14.8×21)
Versi Cetak: Tersedia
Versi Ebook: tersedia
berat: 0 Kg
harga: Rp. 65.000
Wanita tua itu berjalan mendekat, meletakkan payungnya di atas kepalaku, membuat air hujan tidak lagi langsung jatuh di tubuhku. Aku tetap diam, takut untuk mengambil tindakan gegabah. Wanita itu menuntunku entah kemana, aku tetap diam dan tidak melakukan perlawanan apapun. Aku terlalu lelah berada di bawah hujan terlalu lama. Aku bahkan tidak sanggup lagi untuk mengira ke mana wanita ini akan membawaku.
Setelah mungkin sepuluh menit berjalan, aku menyadari bahwa ia membawaku ke rumahnya. Rumah yang terletak tepat di ujung jalan. Pohon-pohon besar terlihat menjulang tinggi di samping rumahnya dan sepanjang jalan, seperti sedang berada di hutan. Rumahnya sederhana, hanya rumah kayu bertingkat. Otakku mulai kembali berkerja, berpikir. Kemana bangunan-bangunan tinggi Jakarta? Apakah di Jakarta masih ada lingkungan seperti ini? Kemana pula jalanan beraspal itu? Kenapa aku baru menyadari bahwa kakiku tidak lagi menapak di bawah aspal, tetapi tanah.
“Nak, kita sudah sampai. Kau pasti sangat kedinginan, duduklah dulu aku akan mengambilkan pakaian hangat dan teh hangat.” Kuperhatikan isi rumahnya, ternyata jauh lebih nyaman daripada yang terlihat di luar. Pajangan foto terlihat menghiasi dinding kayu rumah itu, tidak terlalu banyak perabotan, hanya ada kursi dan meja. Tetapi semuanya terlihat sangat menyenangkan. Api unggun yang menyala mengurangi sedikit rasa dinginku. Tidak ada lampu, tetapi hanya ada lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan, entah kenapa itu terasa sedikit ganjil.
Wanita tua itu kembali dengan membawa pakaian dan teh seperti yang dia katakan. Aku mengganti pakaianku setelah dipaksa olehnya. Bajunya tebal, aku tidak tahu terbuat dari apa, yang pasti bukan seperti hoodie, sweater, atau jaket. Baju ini sedikit berbeda tetapi sangat nyaman untuk dipakai. Setelah aku mengganti baju, aku kembali ke ruang tamu rumahnya, mungkin? Kami berdua duduk di sana sambil menikmati teh yang disediakannya. Aku sempat berpikir mungkin rasa dari tehnya juga berbeda, tetapi ini tidak, tetap seperti teh biasa yang sering ibu buatkan untukku. Hanya satu yang membuatku sangat terkejut, di atas teh yang disediakannya, terdapat Semanggi berdaun empat tepat di atasnya sedang terapung. Aku dibuat tercengang akan hal itu, sebab ini adalah pertama kalinya aku melihat Semanggi berdaun empat
Reviews
There are no reviews yet.